Tampilkan postingan dengan label PTK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PTK. Tampilkan semua postingan

Selasa, 17 Oktober 2017

SISTEMATIKA LAPORAN PTK


BAGIAN AWAL
Halaman Judul
Halaman pengesahan
Yang harus mengesahkan PTK ini adalah Kepsek dan kepala perpustakaan
Abstrak
Pada bagian ini dituliskan dengan ringkas dan jelas hal-hal (a) permasalahan khususnya rumusan masalah, (b)tujuan penelitian, (c) prosedur pelaksanaan PTK dan (d) hasil penelitian
Kata Pengantar
Daftar Isi
Lampiran-lampiran
BAB II PENDAHULUAN
            A.      Latar Belakang Masalah
            B.      Identifikasi Masalah
            C.      Pembatasan Masalah
            D.      Rumusan Masalah
            E.       Tujuan Penelitian
            F.       Manfaat Penelitian
            G.     Definisi Istilah
BAB II LANDASAN TEORI
     A.      Kajian Teori
1.       Konsef Variabel Masalah (Y)
2.       Konsef Variabel Tindakan (X)
          B.      Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
          C.      Kerangka Berpikir
          D.      Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
          A.      Setting Penelitian
          B.      Seubjek Penelitian
          C.      Sumber Data Alat dan Teknik Pengumpulan Data
          D.      Validasi Data
          E.       Analisis Data
          F.       Indicator Keberhasilan
          G.     Prosedur Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
          A.      Deskripsi Kondisi Awal
          B.      Deskripsi Siklus I
1.       Perencanaan Tindakan
2.       Pelaksanaan Tindakan
3.       Hasil Pengamatan
4.       Refleksi
         C.      Deskripsi Siklus 2 dst (seperti siklus 1)
         D.      Pembahasan Setiap Hasil Penelitian
         E.       Hasil Penelitian
BAB V PENUTUP
         A.      Kesimpulan
         B.      Saran


                

Rabu, 05 Agustus 2015

Penggunaan Jari Tangan Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Konsep Perkalian



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran terjadi ketika seseorang pembelajar  memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar berarti adalah menciptakan makna baru, sejauh ini pendidikan kita didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.
Dalam upaya itu siswa perlu guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam kelas tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dengan alat bantu yang dikenal siswa disekitarnya, dari pada memberi informasi. Secara umum matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil angket siswa kelas IV SDN Karangsari 3 yang menyatakan bahwa 45 % siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena itu hasil pembelajaran matematika tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan Mulyana (2001) dalam kata pengantarnya menyatakan bahwa nilai matematika berada pada posisi yang paling bawah, sehingga tidak heran kalau nilai matematika dipakai sebagai tolak ukur dari kecerdasan siswa.
Menurut pengamatan peneliti kesalahan yang biasa dilakukan guru dalam membelajarkan matematika hingga siswa cepat menjadi bosan  adalah (1) Dalam membelajarkan matematika guru hanya berpedoman pada buku pegangan. (2) Penyampaian konsep sarat dengan hafalan-hafalan. (3) Kegiatan pembelajaran masih monoton. (4) Kurang memperhatikan keterampilan prasarat.
Keterampilan prasarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal tersebut seperti yang dikemukakan oeh Gagne (dalam Degeng:1997:4) bahwa setiap mata pelajaran mempunyai prasarat belajar  (learning prerequisites). Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika maka keterampilan prasarat yang harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar yang meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian  .Sebaik apapun konsep matematika yang disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika namun bila siswa tidak menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasaratnya maka hasil pembelajaran kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN Karangsari 3 tahun pelajaran 2014/2015 semester I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35% siswa agak menguasai,dan 45% kurang menguasai padahal pada pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan tentang perkalian bersusun, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru balik bertanya  hanya beberapa siswa yang  dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut  memang pandai di kelasnya. Dan bila diberi tes perkalian rata-rata hasilnya rendah.
Rendahnya penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas IV cara berfikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan.
Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka saya memandang penting dan perlu melakukan penelitian dengan judul “penggunaan media jari tangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian” 

penggunaan media jari tangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran terjadi ketika seseorang pembelajar  memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar berarti adalah menciptakan makna baru, sejauh ini pendidikan kita didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.
Dalam upaya itu siswa perlu guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam kelas tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dengan alat bantu yang dikenal siswa disekitarnya, dari pada memberi informasi. Secara umum matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil angket siswa kelas IV SDN Angsana 2 yang menyatakan bahwa 45 % siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena itu hasil pembelajaran matematika tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan Mulyana (2001) dalam kata pengantarnya menyatakan bahwa nilai matematika berada pada posisi yang paling bawah, sehingga tidak heran kalau nilai matematika dipakai sebagai tolak ukur dari kecerdasan siswa.
Menurut pengamatan peneliti kesalahan yang biasa dilakukan guru dalam membelajarkan matematika hingga siswa cepat menjadi bosan  adalah (1) Dalam membelajarkan matematika guru hanya berpedoman pada buku pegangan. (2) Penyampaian konsep sarat dengan hafalan-hafalan. (3) Kegiatan pembelajaran masih monoton. (4) Kurang memperhatikan keterampilan prasarat.
Keterampilan prasarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal tersebut seperti yang dikemukakan oeh Gagne (dalam Degeng:1997:4) bahwa setiap mata pelajaran mempunyai prasarat belajar  (learning prerequisites). Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika maka keterampilan prasarat yang harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar yang meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian  .Sebaik apapun konsep matematika yang disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika namun bila siswa tidak menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasaratnya maka hasil pembelajaran kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN Angsana 2 tahun pelajaran 2013/2014 semester I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35% siswa agak menguasai,dan 45% kurang menguasai padahal pada pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan tentang perkalian bersusun, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru balik bertanya  hanya beberapa siswa yang  dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut  memang pandai di kelasnya. Dan bila diberi tes perkalian rata-rata hasilnya rendah.
Rendahnya penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas IV cara berfikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan.
Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka saya memandang penting dan perlu melakukan penelitian dengan judul “penggunaan media jari tangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian” 

MINDSET SEKOLAH BERMAKNA BAGI ANAK

Apa yang harus siswa siapkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan Memiliki Kompetensi pada dimensi sikap Bertakwa ...