Rabu, 05 Agustus 2015

Penggunaan Jari Tangan Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Konsep Perkalian



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran terjadi ketika seseorang pembelajar  memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar berarti adalah menciptakan makna baru, sejauh ini pendidikan kita didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.
Dalam upaya itu siswa perlu guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam kelas tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dengan alat bantu yang dikenal siswa disekitarnya, dari pada memberi informasi. Secara umum matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil angket siswa kelas IV SDN Karangsari 3 yang menyatakan bahwa 45 % siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena itu hasil pembelajaran matematika tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan Mulyana (2001) dalam kata pengantarnya menyatakan bahwa nilai matematika berada pada posisi yang paling bawah, sehingga tidak heran kalau nilai matematika dipakai sebagai tolak ukur dari kecerdasan siswa.
Menurut pengamatan peneliti kesalahan yang biasa dilakukan guru dalam membelajarkan matematika hingga siswa cepat menjadi bosan  adalah (1) Dalam membelajarkan matematika guru hanya berpedoman pada buku pegangan. (2) Penyampaian konsep sarat dengan hafalan-hafalan. (3) Kegiatan pembelajaran masih monoton. (4) Kurang memperhatikan keterampilan prasarat.
Keterampilan prasarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal tersebut seperti yang dikemukakan oeh Gagne (dalam Degeng:1997:4) bahwa setiap mata pelajaran mempunyai prasarat belajar  (learning prerequisites). Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika maka keterampilan prasarat yang harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar yang meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian  .Sebaik apapun konsep matematika yang disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika namun bila siswa tidak menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasaratnya maka hasil pembelajaran kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN Karangsari 3 tahun pelajaran 2014/2015 semester I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35% siswa agak menguasai,dan 45% kurang menguasai padahal pada pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan tentang perkalian bersusun, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru balik bertanya  hanya beberapa siswa yang  dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut  memang pandai di kelasnya. Dan bila diberi tes perkalian rata-rata hasilnya rendah.
Rendahnya penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas IV cara berfikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan.
Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka saya memandang penting dan perlu melakukan penelitian dengan judul “penggunaan media jari tangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian” 

B.     Identifikasi Masalah
Atas dasar latar belakang maslah sebagaimana diuraikan di atas, maka masalah dalam peneleitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.      Sebagian besar nilai siswa belum belum mencapai KKM, hal tersebut dikarenakan siswa tidak dibiasakan untuk menghitung secara praktis.
2.      Pembelajaran tidak interaktif, karena siswa tidak didorong untuk menggunakan media
3.      Guru masih mengutamakan hapalan daripada penggunaan media pembelajaran.
C.    Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1.      Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diuraikan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah penggunaan media jari tangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian?
2.      Pertanyaan Penelitian
Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah utama dapat dirinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
a.         Bagaimana prestasi belajar siswa sebelum proses pembelajaran dengan menggunakan media jari tangan?
b.        Bagaimana respon siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan media jari tangan?
c.         Bagaimana aktiIVtas belajar siswa selama siswa siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan media jari tangan?
d.        Bagaimana aktiIVtas belajar guru selama melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media jari tangan?
e.         Bagaimana prestasi belajar siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan media jari tangan?
D.    Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah, rumusan masalah, dan pertanyaan penelitian yang telah diuraikan di atas diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penelitian ini penulis batasi sebagai berikut:
1.      Prestasi hasil belajar dan proses pembelajaran yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.      Pokok bahasan yang akan diteliti pada pembelajaran ini adalah pokok bahasan mengenai perkalian.
3.      Obyek dalam penelitian ini hanya akan meneliti pada siswa kelas IV di SDN Karangsari 3 Kecamatan Angsana Kabupaten Pandeglang – Banten.
E.     Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui penggunaan media jari tangan sebagai alat bantu proses bembelajaran pada konsep perkalian.
2.      Untuk mengetahui apakah penggunaan media jari tangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian.
F.     Manfaat Penelitian
1.      Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan aktifitas belajar, Kerja sama , dan kemampuan menghitung perkalian.
2.       Bagi peneliti untuk meningkatkan profesionalisme dan mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian serupa lebih lanjut.
3.       Bagi guru untuk memberikan motivasi serta referensi model-model pembelajaran yang positif.
4.       Dengan adanya guru-guru mengadakan penelitian tindakan kelas berarti pembelajaran di kelas lebih berkualitas sehingga terjadi perubahan positif.
G.    Paradigma atau kerangka Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variable yang akan diteliti, dan selanjutnya dihubungkan antara variabel yang satu dengan variable yang lain.
Variable yang akan diteliti itu adalah sebagai berikut :
1.      Variabel bebas yaitu variable yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah media jari tangan.
2.      Variabel Terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variable bebas, dalam penelitian ini yang menjadi variable terikat yaitu prestasi belajar siswa
H.    Asumsi
Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian sebagaimana diuraikan di atas, maka beberapa asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Menurut Edgar Dael (1977) dalam krucut retensi hasil belajar menyatakan “dalam belajar semakin banyak melibatkan panca indera akan semakin baik dalam meningkatkan daya ingat siswa akan pengetahuan baru yang diperolehnya dalam memori jangka panjang anak.
2.      Cara berfikir siswa kelas IV masih bersifat konkrit, sehingga penggunaan jari tangan sangat tepat dilaksanakan.
I.       Hipotesis
Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian dan asumsi sebagaimana dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai: “penggunaan media jari tangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian”
J.      Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam variabel penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut kemudian didefinisikan sebagai berikut:
1.      Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’ atau ‘pengantar’, dalam Bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membuat kondisi siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah adalah media. Secara lebih husus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi IVsual atau verbal.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli diantaranya AECT (Association of Education Comunication Technology, 1977) mengatakan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan ataub informasi. Di sampaing sebagai system penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987 : 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukan fungsi atau peranannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru hingga peralatan yang lebih canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
2.      Prestasi adalah
Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar yang tinggi yang dicapai menurut anak dalam mengejar sesuatu pada waktu tertentu. Sumartono (1992:18) dengan demikian hasil belajar Matematika dapat diartikan sebagai sesuatu yang menunjukkan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah mempelajari Matematika. Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Wasty Sumanto, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu  :
·         Faktor stimulus.
·         Faktor metode mengajar.
·         Faktor indiIVdu.
Berikut ini akan dijelaskan secara garis besar mengenai ketiga faktor tersebut:
a)      Faktor Stimulus
Yang dimaksud dengan faktor stimulus adalah segala hal di luar indiIVdu yang merangsang untuk mengadakan reaksi atau perubahan, penegasan serta suasana lingkungan eksternal yang diterima.
b)      Faktor Metode Mengajar
Metode mengajar guru sangat mempengaruhi terhadap belajar siswa, dengan kata lain metode yang dipakai guru sangat menentukan dalam mencapai prestasi belajar siswa. “metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan”. (Winarno Surachmand, 1980 : 80)
Jadi jelaslah bahwa metode menentukan pencapaian tujuan pengajaran.
2.      Faktor IndiIVdual
Selain kedua faktor di atas, faktor indiIVdual sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan belajar siswa, bahwa pertumbuhan dan usia seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Semakin dewasa indiIVdu semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya.


BAB  II
LANDASAN TEORI
A.    MEDIA PEMBELAJARAN
1.      Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. 
Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Sedangkan gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.
 Menurut Arif Sadiman dkk, bahwa  media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Media pembelajaran merupakan alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Hal ini senada dengan pendapat Rustiyah NK yang dikutip oleh Zakiah Darajat, bahwa media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektiIVtas komunikasi dan interaksi edukatif antar guru dan siswa dalam proses pengajaran di sekolah.
Dari definisi-definisi tentang media pembelajaran seperti yang telah dikemukakan di atas, dapatlah ditarik pengertian pokok tentang media pembelajaran, yaitu:
a.       Media pembelajaran identik dengan peragaan.
b.      Media pembelajaran merupakan suatu sarana untuk terciptanya suatu proses belajar mengajar yang dapat menunjang efektiIVtas keberhasilan belajar siswa.
c.       Media pembelajaran tidak hanya digunakan dalam kelas saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan di luar proses belajar mengajar.
2.      Macam-macam Media Pembelajaran
Taksomi media menurut Rudi Bretz sebagaimana dikutip oleh Arif Sadiman dkk yang membagi media ke dalam 8 klasifikasi, yakni:
a.       Media audio IVsual gerak.
b.      Media audio IVsual diam.
c.       Media audio semi gerak.
d.      Media IVsual gerak.
e.       Media IVsual diam.
f.       Media IVsual semi gerak.
g.      Media audio.
h.      Media cetak.

Perkembangan pendidikan yang sangat pesat, berpengaruh pada perkembangan psikologi belajar dan sistem internasional. Keadaan tersebut, mendorong dan berakibat juga pada kemajuan teknologi pembelajaran dan penambahan baru pada media pembelajaran. Pemikiran-pemikiran dan penemuan baru itu, terjadi antara lain dalam penggunaan multimedia dan pusat sumber belajar. Kedua media ini, dianggap sebagai suatu kemajuan besar dan mempunyai peranan yang penting dalam bidang media pembelajaran, yang berfungsi untuk menunjang pelaksanaan sistem intruksional yang lebih efektif.
3.      Fungsi Dan Tujuan Media Pembelajaran
                       a.          Fungsi Media Pembelajaran
Pada dasarnya, media adalah sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai alat komunikasi, media tidak lepas dari tujuan dan alat fungsinya, maka sesungguhnya sebagai media komunikasi mempunyai fungsi yang luas di antaranya:
                        b.      Fungsi edukatif media komunikasi,
 yakni bahwa setiap kegiatan media komunikasi mengandung sifat mendidik karena di dalamnya memberikan pengaruh pendidikan.
                         c.      Fungsi sosial media komunikasi, media komunikasi memberikan informasi aktual dan pengalaman dalam berbagai bidang kehidupan sosial orang.
                        d.      Fungsi ekonomis media komunikasi, media komunikasi dapat digunakan secara intensif pada bidang-bidang pedagang dan industri.
                         e.      Fungsi politis media komunikasi, dalam bidang politik media komunikasi dapat berfungsi terutama politik pembangunan baik material maupun spiritual.
                         f.      Fungsi seni dan budaya media komunikasi, perkembangan ke bidang seni dan budaya dapat tersebar lewat media komunikasi.
Dan seperti telah dikemukakan di atas, bahwa media identik dengan keperagaan, sebagai alat peraga media mempunyai fungsi seperti pernyataan Nana Sudjana, bahwa ada enam fungsi dari alat peraga dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a.       Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif.
b.      Penggunaan alat peraga merupaka bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.
c.       Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan bahan pengajaran. Ini berarti bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
d.      Penggunaan alat peraga dalam pengajaran semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan bahwa sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
e.       Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan oleh guru.
f.       Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, dengan perkataan lain menggunakan alat peraga hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat oleh siswa.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa fungsi media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pendidikan.


4.      Tujuan Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai suatu media komunikasi antara guru dan siswa dalam pengajaran, sudah barang tentu sangat erat kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, jelaslah bahwa tujuan belajar mengajar sangat penting bagi media pembelajaran, dalam hal:
a.       Tujuan pengajaran menentukan arah yang hendak dicapai oleh media pembelajaran.
b.      Tujuan pengajaran menentukan alat/atau media pembelajaran apa yang akan digunakan.
c.       Tujuan pengajaran menentukan proses, metode, dan media pembelajaran apa yang akan digunakan oleh guru dalam membimbing kegiatan belajar siswa.
d.      Tujuan pengajaran menentukan proses kegiatan komunikasi pendidikan sekolah.
e.       Tujuan pengajaran menentukan teknik penilaian terhadap penggunaan media pembelajaran.
f.       Tujuan pengajaran menentukan arah dan kebijakan yang ditempuh dalam administrasi media pembelajaran di sekolah.
Oleh karena itu, maka tujuan pendidikan dan pengajaran harus dirumuskan secara jelas, terarah, sistematis, dan maksimal, sehingga dari tujuan itu dapat menentukan terhadap pemilihan, penggunaan, produksi, penilaian, dan pengelolaan (administrasi) media pembelajaran yang tepat di sekolah.
5.      Manfaat media pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
a.       Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.  
b.      Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik  Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
c.        Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
d.       Efisiensi dalam waktu dan tenaga, Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
e.       Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
f.        Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
g.      Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.  
h.      Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif , guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain. 
B.     Pengertian Prestasi Belajar
1.      Pengertian Prestasi Belajar
Keberhasilan seorang siswa dalam proses belajar mengajar, salah satunya ditunjukkan oleh prestasi belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa “prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh seorang siswa dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya selaku pelajar”.
Prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan oleh nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.  dinyatakan dalam nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan tes prestasi belajar.
Pendapat lain menyatakan, bahwa prestasi belajar adalah merupakan segala perilaku yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari terjadinya proses belajar yang ditempuh, baik yang bersifat kognitif, maupun afektif atau psikomotor yang menggambarkan perilaku siswa secara umum. Sedangkan Muhibin Syah mengatakan, bahwa prestasi belajar yang ideal adalah meliputi segenap aspek psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa.
Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah merupakan kecakapan nyata yang dimiliki siswa setelah ia mengalami proses belajar dengan melalui penilaian tertentu, baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dibuktikan dengan penilaian berupa angka atau huruf pada skala penilaian.
2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi merupakan kebutuhan yang relevan dengan pembangunan dewasa ini. Bagaimana siswa mempunyai motivasi untuk mewujudkan prestasi belajar dengan baik, tentunya dipengaruhi pula oleh beberapa penyebab, yaitu sebagai berikut:
a.       Sumber indiIVdu itu sendiri (indiIVdual characteristic)
b.      Tingkat dan jenis pelajaran (studies characteristic)
c.       Lingkungan belajar (studi situation characteristic).
Faktor internal yang mempengaruhi semangat prestasi belajar di antaranya adalah faktor psikologis dan faktor jasmaniah. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar di antaranya adalah intelegensi anak, perhatian anak terhadap proses belajar mengajar, minat anak untuk cinta dan sayang terhadap pelajaran/semangat, bakat siswa, dan kesiapan anak ketika akan terjadinya proses belajar mengajar.
Faktor psikologis yaitu sikap indiIVdu dalam memberikan reaksi atau respon dengan cara yang lebih tetap terhadap hal-hal yang mendukung terwujudnya prestasi, di antaranya sikap terhadap disiplin orang tua. Sikap positif terhadap disiplin orang tua merupakan awal yang baik bagi tercapainya keberhasilan dalam belajar.
Sikap merupakan faktor intern anak sebagai respon atas stimulus yang ada, karena sikap merupakan suatu kesiapan untuk beraksi terhadap suatu pekerjaan dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk melakukan dan dengan cara tertentu apabila indiIVdu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
Faktor jasmaniah di antaranya faktor kesehatan dan cacat tubuh; proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing jika terjadi kelainan pada alat indera atau anggota badan lainnya. Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai kerja anggota badan. Cacat tubuh juga mempengaruhi proses belajar, karena anak yang cacat tubuhnya belajarnya juga akan terganggu.
Seseorang yang menyenangi pelajarannya akan selalu bersemangat, giat, dan berinisiatif. Semangat belajar yang menimbulkan prestasi belajar yang baik dapat ditentukan berbagai pihak dalam memberikan perangsang, termasuk di antaranya imbalan, pujian, prestise dan sebagainya
Lingkungan sekitar mampu mempengaruhi jiwa dan perilaku anak untuk perubahan menjadi baik atau sebaliknya. Bentuk-bentuk yang dapat dipengaruhi kejiwaan dan perilaku anak seperti perbuatan-perbuatan yang melanggar norma (minuman keras, permainan yang mengandung hadiah yang tidak sehat dan sebagainya), kondisi lingkungan tersebut melemahkan konsentrasi belajar, malas melakukan kegiatan dan hilangnya gairah belajar. Lingkungan yang mendukung untuk belajar maka akan menghasilkan prestasi belajar yang baik, misalnya anak tinggal di lingkungan pelajar yang sangat tinggi respon terhadap pendidikan.    


BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Seting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Angsana 2 Kecamatan Angsana Kabupaten Pandeglang pada siswa kelas IV, dengan jumlah siswa 19 orang, yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.
B.     Subjek dan Objek Penelitian
Mengingat terbatasnya kemampuan dan fasilitas yang dimiliki, maka pada penelitian ini terbatas pada hal-hal berikut ini :
1.        Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran matematika berlangsung dengan pokok bahasan ” Melakukan operasi perkalian dan pembagian
2.        Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar siswa dengan penggunaan media gambar pada siswa kelas IV SD Negeri Angsana 2 tahun pembelajaran 2013/2014
C.    Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action reseach) karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah di kelas dan dilakukan sesuai dengan langkah – langkah pada penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis. Hasil kajian digunakan sebagai dasar untuk mengatasi masalah .Dalam proses perencanaan yang telah disusun dilakukan observasi dan evaluasi dan hasilnya difahami sebagaai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahapan perencanaan. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan bersinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai, Wibawa (2004:4).
Dalam penelitian ini guru bekerjasama dengan mitra kalaborasi yaitu guru kelas IV dan teman sejawat. Hal ini dimaksudkan agar konsentrasi guru dalam mengajar tidak terbelah oleh hal-hal lain. Dengan cara ini diharapkan akan didapatkan data yang seobjetif mungkin demi kefalidan data yang diperlukan.
D.    Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus I dan siklus II, masing-masing siklus terdiri atas empat tahap dan dilakuan dalan satu pertemuan. Hal ini dilakukan karena terbatasnya waktu yang tersedia. Tahapan kegiatan setiap siklus adalah: (1) menyusun rencana kegiatan,(2) melakukan tindakan, (3) melakukan observasi, dan (4) membuat analisis yang di lanjutkan dengan refleksi. Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah peneliti, sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah guru kelas IV dibantu oleh teman sejawat.
1.      Siklus – 1
a.       Penyusunan Rencana Kegiatan
             Pada tahap ini guru menyusun rencana pembelajaran berdasar pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu menghafal perkalian sampai bilangan 100, dengan urutan:
1)        Menyiapkan peralatan pembelajaaran
2)        Menyusun silabus
3)        Menyusun rencana pembelajaran
4)        Menyusun instrumen yang terdiri atas:
a)      lembar pengamatan aktiIVtas dan koopertif siswa.
b)      Lembar pengamatan untuk guru
c)      Soal evaluasi
5)        Menentukan jadwal tindakan kelas
b.      Pemberian Tindakan      
1)        Sebagai penjajagan guru memberikan pertanyan kepada siswa tentang perkalian
2)        Guru memberikan apersepsi tentang pentingnya kemampuan menghitung perkalian.
3)    Guru mengajak siswa untuk bermain lompat jari, mulai dari lompat dua-dua sampai dengan lompat sepuluh. Siswa yang sudah mampu memperagakan ke depan kelas           
4)    Menerapkan permainan pada perkalian dengan mengulang kembali pertanyaan pada penjajagan, siswa yang dapat mengacungkan tangan kemudian menyebutkan jawabab dengan pemaparan, kemudian dikuatkan dengan penjelasan singkat dari guru.
5)    Siswa dibentuk dalam kelompok. Tiap kelompok menerima kartu bilangan, kemudian kartu-kartu terswbut dipasang-pasangkan hingga membentuk perkalian dan ditulis pada lembar kerja untuk didelesaikan bersama.
6)        Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan menuliskan pada papan tulis. Sedang kelompok yang lain mengoreksi hasil kerja kelompok yang lain.
7)        Sebagai penguat guru memberikan pertanyaan secara lisan
8)        Evaluasi.
c.       Melakukan Observasi
 Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung guru kelas IV sebagai observer beserta teman sejawat melakukan pengamatan dan mencatat kejadian – kejadian selama pembelajaran berlangsung. Hasil catatan observasi bermanfaat untuk pengambila keputusan dalam kegiataan selanjutnya yaitu refleksi.
d.        Refleksi   
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti sebagai guru, hasil pengamatan guru kelas IV, dan pengamatan teman sejawat dikumpulkan dan dibahas bersama untuk mendapatkan kesamaan pandangan terhadap tindakan awal pada siklus pertama. Hasil diskusi tersebut akan dijadikan bahan untuk menentukan langkah tindakan selanjutnya pada siklus ke – 2.
2.      Siklus – 2
a.      Penyusunan rencana kegiatan
Rencana kegiatan disusun berdasar hasil analisis dan reflesi selama siklus – 1. Topik yang dibahas pada siklus – 2 ini adalah perkalian bersusun
b.      Pemberian Tindakan
Tindakan II ini dilakukan berdasar masalah yang masih ada pada siklus – 1. Tindakan lebih ditekankan pada aktifitas, kerja sama, dan kemampuan menghitung perkalian bersusun.
c.       Pelaksanaan Observasi    
Pada saat guru mengajar guru kelas IV bersama teman sejawat melakukan pengamatan sebagaimana yang dilakukan pada siklus – 1.
d.      Analisis dan Refleksi
Pada akhir tindakan II dilakukan analisis dan refleksi  terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan hasil dari analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus –2.
E.     Rancangan pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data dilakukan berdasarkan bentuk data yang ingin diperoleh. Untuk mengetahui kemampuan menghitung perkalian dilakukan dengan tes hasil belajar dalam bentuk skor. Sedangkan data tentang sikap dan perilaku serta tanggapan siswa selama pembelajaran perkalian dilakukan melalui pengamatan pada subjek penelitian.
Data mengenai pelaksanaan pembelajaran dalam kelas diperoleh melalui catatan lapangan dan wawancara. Oleh karena itu peneliti mempunyai tugas rangkap yaitu sambil mengajar guru juga mengumpulkan data. Maka untuk memperoleh data yang akurat,  dalam mendapatkan data guru bekerja sama dengan guru kelas IV dan teman sejawat untuk melakukan pengamatan. Selanjutnya dari hasil pengamatan didiskusikan bersama. Hasil dari diskusi akan digunakan sebagai pedoman untuk menentukan refleksi dalam melakukan tindakan selanjutnya.
F.     Pengembangan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel yaitu media gambar sebagai variabel bebas, dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA sebagai variabel terikat.
TABEL. 1
KISI-KISI MEDIA JARI TANGAN

VARIABEL

SUB VARIABEL
INDIKATOR

ITEM

Media Jari Tangan
1.      Kemampuan siswa dalam menerima pelajaran
2.      Fasilitas yang dimiliki sekolah
Membaca, menanyakan, memahami, menangggapi

·         Peralatan belajar
·         Sarana prasarana
1 – 5


  6 – 8
 9 – 10

TABEL. 2

KISI-KISI PRESTASI BELAJAR SISWA

VARIABEL

SUB VARIABEL
INDIKATOR
ITEM
Prestasi  Belajar
1.      Prestasi
2.      Faktor yang mempengaruhi
3.      Tipe prestasi belajar
4.      Peneilaian prestasi belajar

1.      Daya serap
2.      Faktor dari dalam

3.      Faktor dari luar

4.      Kognitif
5.      Afektif
6.      Psikomotorik
7.      Tes formatif
8.      Tes subsumatif
9.       Tes sumatif
1 - 2
3


4

5
6
7
8
9
10

G.    Rancangan Analisis Data
Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, ada dua teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan terhadap hasil tes sedangkan analisis kualitatif digunakan dalam data kualitatif yang diperoleh data hasil pengamatan terhadap guru, siswa, atau hal-ahal lain yang tampak selama penelitian ini.
Demikian juga aktifitas dan kerja sama dengan kelompok dalam pembelajaran juga didasarkan  pada indikator yang muncul. Kemudian dari hasil catatan lapangan yang dilengkapi dengan hasil observasi, wawancara dan dari hasil angket siswa dilakukan analisis bersama guru kelas IV dan teman sejawat, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Sedangkan kemampuan menghitung perkalian dianalisis berdasarkan rata-rata perolehan hasil evaluasi dengan rumus:
                     M =    Σ    fX                Σ   FX  = jumlah nilai siswa
                           N                           N       = jumlah siswa  
                                                        M      = rata-rata (mean)
Pembelajaran hitung perkalian  dianggap tuntas bila perolehan hasil evaluasi siswa rata-rata hasil hitungan > 70, dan siswa dianggap tuntas dalam penguasaan hitung perkalian bila memperoleh nilai baik yaitu 70.
Keterangan :
90   -   100  = sangat baik                                    30   -   49  = kurang
70   -   89    = baik                                         0    -   29  = kurang sekali
50   -   69    = cukup                 

H.    Indikator Keberhasilan
Kriteria keberhasilan adalah ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar yang mengacu pada kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ditetapkan yang mencirikan penguasaan konsep atau keterampilan yang dapat diamati dan diukur.
Pembelajaran hitung perkalian  dianggap tuntas bila perolehan hasil evaluasi siswa rata-rata hasil hitungan > 70, dan siswa dianggap tuntas dalam penguasaan hitung perkalian bila memperoleh nilai baik yaitu 70.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Profil subjek dan objek penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Karangsari 3 Kecamatan Angsana  Kabupaten Pandeglang. Alasan pemilihan lokasi ini adalah peneliti mengajar di SD tersebut dan lokasi SD ini berada di Kecamatan Angsana. Penelitian ini dilaksanakan mulai Oktober sampai bulan Nopember tahun 2013 semester I, pada kelas IV SDN Karangsari 3  Angsana dengan jumlah siswa 19 anak yang terdiri atas 12 siswa putra dan 7 siswa putri.
Materi yang disampaikan adalah Standar Kompetensi: 1.   Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah, Kompetensi Dasar :   1.4 Melakukan operasi perkalian dan pembagian, Indikator:  (1)   Menghafal perkalian dan pembagian  sampai dengan  100, (2).   Mengalikan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka (3) Mengalikan bilangan tiga angka dengan bilangan dua angka
B.     Hasil penelitian dan pembahasan
1.      SIKLUS I
a.       Prestasi Belajar Siswa sebelum Pembelajaran
Prestasi belajar siswa sebelum pe,belajaran sebagaima diuraikan pada latar belakang masalah yaitu berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN Karangsari 3 tahun pelajaran 2013/2014 semester I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35% siswa agak menguasai,dan 45% kurang menguasai
b.      Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I
Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan pada 4 Oktober 2013, dengan bahasan menghafal perkalian dan pembagian sampai bilangan 100, dengan waktu 2 jam pelajaran (80) menit. Pada bagian ini penulis sebagai penyaji dibantu oleh guru kelas IV dan teman sejawat sebagai observer.
c.       Sikap/Respon Siswa Selama pembelajaran
Respon siswa selama pembelajaran kurang antusias hal ini dimungkinkan karena siswa merasa bosan dan sudah terlalu biasa dengan model pembelajaran seperti ini.
d.      Aktifitas siswa Selama Pembelajaran
e.       Proses pembelajaran yang dilaksanakann Guru
·         Kegiatan awal dimulai dengan apersepsi
·   Kegiatani ini diawali dengan guru mengajak siswa untuk bermain lompat jari. Permainan ini diawali dengan guru mengenalkan kesepuluh jari dengan menghitung secara urut, selanjutnya jari dihitung dengan melompat dua-dua (kelipatan dua). Permainan tersebut dilakukan bersama dengan siswa. Untuk yang pertama guru mengulang permainan ini, setelah selesai guru menawarkan pada 2 siswa untuk memperagakan ke depan kelas. Selanjutnya permainan locat tiga-tiga, loncat empat, loncat lima, loncat enam, tampak siswa berlomba-lomba untuk dapat memeragakan di depan kelas.
·         Kegiatan terakhir dari tindakan ini adalah evaluasi. Guru membagikan lembar evaluasi yang tersiri dari 10 soal, 5 soal perkalian dan 5 soal pembagian.
f.       Prestasi Belajar Siswa setelah Pembelajaran
Secara keseluruha hasil observasi guru kalas IV dan teman sejawat pada siklus pertama adalah (1) Dalam hal aktifitas, siswa aktif 58 %, siswa sedang 30 %, dan siswa pasif 12 %. (2) Dalan kerja sama (kooperatif), siswa aktif 62 %, siswa sedang 28%, dan siswa pasif 10 %,(3) Sedangkan dari hasil evaluasi  penguasaan hitung perkalian dan pembagian sampai bilangan 100 rata-rata 68, dengan 13 siswa tuntas pembelajaran hitung perkalian dan 6 siswa belum tuntas
2.      SIKLUS II
a.       Prestasi Belajar Siswa sebelum Pembelajaran
Berdasarkan hasil evaluasi penguasaan hitung perkalian dan pembagian sampai bilangan 100 rata-rata 68, dengan 13 siswa tuntas pembelajaran hitung perkalian dan 6 siswa belum tuntas
b.      Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal  9 Oktober 2006. Dalam pembelajaran tindakan ini materi pokok yang dibahas adalah perkalian besusun dengan indikator melakukan perkalian dengan cara bersusun, waktu yang diperlukan 2 jam pelajaran (80 menit). Sama dengan tindakan pada siklus pertama, peneliti yang bertindak sebagai guru dibantu oleh guru kelas IV dan teman sejawat sebagai observer. Adapun urutan penyajiannya sebagai berikut:
c.       Sikap/Respon Siswa Selama pembelajaran
Semangat belajar dan aktifitas siswa makin tinggi, hingga saat memperagakan permainan perkalian jari semua berebut ke depan.
d.      Aktifitas siswa Selama Pembelajaran
Secara keseluruhan dari hasil observasi guru kelas IV dan teman sejawat pada siklus-2 ini serta hasil angket dan wawancara adalah (1) aktifitas siswa;  siswa aktif 78%, siswa sedang 18%, dan siswa pasif 4%. (2) kooperatif siswa; siswa aktif 84%, siswa sedang 14%, dan siswa pasif 2%.(3) Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata kemampuan hitung perkalian siswa 76%, dengan 46 siswa tuntas dalam pembelajaran hitung prrkalian dan 3 siswa belum tuntas
e.       Proses pembelajaran yang Dilaksanakann Guru
·   Kegiatan awal sebagai apersepsi guru memberikan pertanyaan perkalian seperti pertanyaan pada pembahasan tindakan I. Pertanyaan ini terutama ditujukan pada siswa-siswa yang bermasalah yaitu siswa yang kurang dapat mengikuti kegiatan dan siswa yang kurang aktif.
·      Kegiatan inti Guru mengajak siswa untuk bermain perkalian jari. Permainan tersebut diawali dengan guru memperagakan permainan perkalian kemudian siswa menirukan. Setelah itu siswa kedepan untuk memperagakan permainan tersebut. Ketika ditawarkan untuk memperagakan ke depan siswa berebut untuk memperagakannya, hampir seluruh siswa mengangkat tangan, bahkan siswa yang semula pada tindakan siklus I tidak aktif tampak juga mengangkat tangan.       Setelah semua siswa sudah memperagakan guru mengajak siswa untuk menerapkan permainan perkalian pada perkalian bersusun.
·         kegiatan terakhir pada tindakan kedua ini yaitu evaluasi. Guru membagikan lembar evaluasi. Siswa menyelesaikan lembar evaluasi tersebut dengan tenang.
f.       Prestasi Belajar Siswa setelah Pembelajaran
Secara keseluruhan dari hasil observasi guru kelas IV dan teman sejawat pada siklus-2 ini serta hasil angket dan wawancara adalah (1) aktifitas siswa;  siswa aktif 78%, siswa sedang 18%, dan siswa pasif 4%. (2) kooperatif siswa; siswa aktif 84%, siswa sedang 14%, dan siswa pasif 2%. (3) Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata kemampuan hitung perkalian siswa 76%, dengan 16 siswa tuntas dalam pembelajaran hitung perkalian dan 3 siswa belum tuntas
3.      PEMBAHASAN
a.       Prestasi Belajar Siswa sebelum siklus I dan II
Prestasi sebelum siklus I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35% siswa agak menguasai,dan 45% kurang menguasai, sedangkan sebelum siklus II
 Berdasarkan hasil evaluasi penguasaan hitung perkalian dan pembagian sampai bilangan 100 rata-rata 68, dengan 13 siswa tuntas dan 6 siswa belum tuntas
b.      Sikap/Respon Siswa Selama pembelajaran
Respon siswa pada siklus I kurang antusias ini mungkin karena siswa sudah bosan dan terbiasa dengan metode pembelajaran menghafal, tetapi pada siklus II respon siswa sangat antusias karena pada pembelajaran sebelumnya anak diperkenalkan pada pembelajaran dengan menggunakan media jari tangan
c.       Aktifitas siswa Selama Pembelajaran
Menurut hasil observasi guru kelas IV dan teman sejawat, aktifitas siswa pada tindakan siklus-1 menunjukkan: siswa aktif 54 %, siswa sedang 32 %, dan siswa pasif 14%. Sedangkan pada tindakan siklus-2, siswa aktif 78%, siswa sedang 18 %, dan siswa pasif 4%. Dengan demikian berdasar hasil analisis data diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran hitung perkalian dengan media jari tangan dapat meningkatkan aktifitas belajar.
d.      Proses pembelajaran yang dilaksanakann Guru
Pembelajaran hitung perkalian dengan menggunakan media jari tangan dilaksanakan dengan urutan: (1) apersepsi yang dapat berupa pertanyaan untuk membawa siswa menuju mareri atau pertanyaan penjajagan materi, (2) permainan jari, yang dalam hal ini pada siklus pertama dengan permainan lompat jari dan siklus kedua dengan permainan perkalian jari. (3) penerapan permainan pada perkalian, (4) kerja kelompok, dan (5) evaluasi.
e.       Prestasi Belajar Siswa setelah Pembelajaran
Berdasarkan analisa hasil observasi hasil tindakan siklus-1 dengan bahasan menghafal perkalian dan pembagian sampai dengan bilangan 100, pada pertanyaan penjajagan  menunjukkan penguasaan materi sebelum tindakan dilaksanakan 31% dan setelah tindakan dilaksanakan 68%. Pada tindakan siklus-2  dengan bahasan  menghitung perkalian dengan cara bersusun, menunjukkan sebelum tindakan dilaksanakan penguasaan materi siswa tentang perkalian bersusun menurut hasil pertanyaan penjajagan sebesar 48% sedangkan setelah tindakan berlangsung menunjukkan 76%. Dengan target kemampuan hitung perkalian 70 % maka hal ini menunjukkan bahwa pembahasan tentang perkalian dengan menggunakan media jari tangan terdekat dapat meningkatkan kemampuan hitung perkalian



BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Berdasar hasil analisis data dan pembahasan tentang pembelajaran hitung perkalian dengan dengan media media jari tangan pada pelajaran matematika siswa kelas IV SDN Karangsari 3 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.       Berdasarkan analisa hasil observasi hasil tindakan siklus-1 dengan bahasan menghafal perkalian dan pembagian sampai dengan bilangan 100, pada pertanyaan penjajagan  menunjukkan penguasaan materi sebelum tindakan dilaksanakan 31% dan setelah tindakan dilaksanakan 68%. Pada tindakan siklus-2  dengan bahasan  menghitung perkalian dengan cara bersusun, menunjukkan sebelum tindakan sebesar 48% sedangkan setelah tindakan berlangsung menunjukkan 76%. Dengan target kemampuan hitung perkalian 70 % maka hal ini menunjukkan bahwa pembahasan tentang perkalian dengan menggunakan media jari tangan dapat meningkatkan kemampuan hitung perkalian
2.   Pembelajaran hitung perkalian pada pelajaran matematika dengan menggunakan media media jari tangan meningkatkan aktifitas pembelajaran, mempertinggi interaksi antar siswa dan keja sama kelompok, serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap perkalian dan pembagian sehingga kemampuan hitung siswa semakin tinggi.
3.       Pembelajaran matematika dengan media media jari tangan memacu keberanian siswa sehingga dengan sendirinya rasa minder dan takut bagi siswa tertentu akan hilang, memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaraan, sehingga pembelajaran semakin hidup, dan memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dalam menyelesaikan tugas kelompok. 

B.     Saran-Saran
Sesuai dengan hasi penelitian maka sebagai tindak lanjut dan kesempurnaan maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1.       Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya guru mempersiapkan  segala sesuatunya seperti:  rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja, alat evaluasi, dan peralatan yang diperlukan.
2.      Untuk meningkatkan kemampuan hitung perkalian, aktifitas, dan kreatifitas dalam pembelajaran, hendaknya guru menggunakan model pembelajaran yang menarik dan menggunakan media yang sesuai, misalnya media media jari tangan terdekat seperti kartu bilangan dan jari tangan.
3.      Untuk penelitian selanjutnya hendaknya diadakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan sehingga diperoleh hasil yan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINDSET SEKOLAH BERMAKNA BAGI ANAK

Apa yang harus siswa siapkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan Memiliki Kompetensi pada dimensi sikap Bertakwa ...