BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran
terjadi ketika seseorang pembelajar memadukan pengetahuan dan
keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar berarti
adalah menciptakan makna baru, sejauh ini pendidikan kita didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.
Dalam
upaya itu siswa perlu guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam kelas tugas
guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak
berurusan dengan strategi dengan alat bantu yang dikenal siswa disekitarnya,
dari pada memberi informasi. Secara umum matematika merupakan pelajaran
yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil
angket siswa kelas IV SDN Karangsari 3 yang menyatakan bahwa 45 % siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena
itu hasil pembelajaran matematika tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan
Mulyana (2001) dalam kata pengantarnya menyatakan bahwa nilai matematika berada
pada posisi yang paling bawah, sehingga tidak heran kalau nilai matematika
dipakai sebagai tolak ukur dari kecerdasan siswa.
Menurut pengamatan peneliti kesalahan yang biasa dilakukan guru dalam
membelajarkan matematika hingga siswa cepat menjadi bosan adalah (1) Dalam membelajarkan matematika
guru hanya berpedoman pada buku pegangan. (2) Penyampaian konsep sarat dengan
hafalan-hafalan. (3) Kegiatan pembelajaran masih monoton. (4) Kurang
memperhatikan keterampilan prasarat.
Keterampilan
prasarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal tersebut seperti yang
dikemukakan oeh Gagne (dalam Degeng:1997:4) bahwa setiap mata pelajaran
mempunyai prasarat belajar (learning
prerequisites). Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika maka
keterampilan prasarat yang harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar
yang meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian .Sebaik apapun konsep matematika yang
disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika namun bila siswa tidak
menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasaratnya maka hasil pembelajaran
kurang memuaskan.
Berdasarkan
hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN Karangsari 3 tahun pelajaran 2014/2015 semester I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara
tuntas, 35% siswa agak menguasai,dan 45% kurang menguasai padahal pada
pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara lisan,
ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan
tentang perkalian bersusun, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk
bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan
pertanyaan. Ketika guru balik bertanya
hanya beberapa siswa yang dapat menjawab
pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut memang pandai di kelasnya. Dan bila diberi
tes perkalian rata-rata hasilnya rendah.
Rendahnya
penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang
tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas IV cara
berfikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak memperhatikan hal
tersebut sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan.
Atas dasar
latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka saya
memandang penting dan perlu melakukan penelitian dengan judul “penggunaan media jari tangan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian”
B.
Identifikasi
Masalah
Atas dasar latar belakang maslah sebagaimana diuraikan
di atas, maka masalah dalam peneleitian ini dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Sebagian besar nilai siswa belum belum
mencapai KKM, hal tersebut dikarenakan siswa tidak dibiasakan untuk menghitung
secara praktis.
2. Pembelajaran tidak interaktif, karena siswa
tidak didorong untuk menggunakan media
3. Guru masih mengutamakan hapalan daripada
penggunaan media pembelajaran.
C.
Rumusan
Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1.
Rumusan
Masalah
Berdasar latar belakang dan identifikasi
masalah sebagaimana telah diuraikan di atas, maka masalah utama dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: Apakah penggunaan media jari tangan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian?
2. Pertanyaan Penelitian
Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana
telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah utama dapat dirinci dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
a.
Bagaimana prestasi belajar siswa sebelum proses
pembelajaran dengan menggunakan media jari tangan?
b.
Bagaimana respon siswa selama mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan media jari tangan?
c.
Bagaimana aktiIVtas belajar siswa selama siswa siswa
mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan media jari tangan?
d.
Bagaimana aktiIVtas belajar guru selama melaksanakan
proses pembelajaran dengan menggunakan media jari tangan?
e.
Bagaimana prestasi belajar siswa setelah siswa
mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan media jari tangan?
D.
Pembatasan
Masalah
Dari
identifikasi masalah, rumusan masalah, dan pertanyaan penelitian yang telah
diuraikan di atas diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas.
Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penelitian ini
penulis batasi sebagai berikut:
1. Prestasi
hasil belajar dan proses pembelajaran yang diukur dalam penelitian ini adalah
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Pokok
bahasan yang akan diteliti pada pembelajaran ini adalah pokok bahasan mengenai
perkalian.
3. Obyek
dalam penelitian ini hanya akan meneliti pada siswa kelas IV di SDN Karangsari 3 Kecamatan Angsana Kabupaten Pandeglang – Banten.
E.
Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penggunaan media jari tangan
sebagai alat bantu proses bembelajaran pada konsep perkalian.
2. Untuk
mengetahui apakah penggunaan media jari tangan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada konsep perkalian.
F.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan
aktifitas belajar, Kerja sama , dan kemampuan menghitung perkalian.
2.
Bagi peneliti
untuk meningkatkan profesionalisme dan mendorong peneliti untuk melaksanakan
penelitian serupa lebih lanjut.
3.
Bagi guru untuk
memberikan motivasi serta referensi model-model pembelajaran yang positif.
4.
Dengan adanya
guru-guru mengadakan penelitian tindakan kelas berarti pembelajaran di kelas
lebih berkualitas sehingga terjadi perubahan positif.
G.
Paradigma
atau kerangka Penelitian
Dalam
penelitian ini terdapat dua jenis variable yang akan diteliti, dan selanjutnya
dihubungkan antara variabel yang satu dengan variable yang lain.
Variable
yang akan diteliti itu adalah sebagai berikut :
1. Variabel
bebas yaitu variable yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam penelitian ini
yang menjadi variable bebas adalah media jari tangan.
2. Variabel
Terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variable bebas, dalam penelitian
ini yang menjadi variable terikat yaitu prestasi belajar siswa
H.
Asumsi
Berdasarkan
kerangka atau paradigma penelitian sebagaimana diuraikan di atas, maka beberapa
asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menurut
Edgar Dael (1977) dalam krucut retensi hasil belajar menyatakan “dalam belajar
semakin banyak melibatkan panca indera akan semakin baik dalam meningkatkan
daya ingat siswa akan pengetahuan baru yang diperolehnya dalam memori jangka
panjang anak.
2. Cara
berfikir siswa kelas IV masih bersifat konkrit, sehingga penggunaan jari tangan
sangat tepat dilaksanakan.
I.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka atau paradigma
penelitian dan asumsi sebagaimana dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah sebagai: “penggunaan media jari tangan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian”
J.
Definisi
Operasional
Untuk
menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat
dalam variabel penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut kemudian
didefinisikan sebagai berikut:
1. Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’ atau ‘pengantar’, dalam Bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971)
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membuat kondisi siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah adalah media. Secara lebih husus, pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi IVsual
atau verbal.
Batasan lain telah
pula dikemukakan oleh para ahli diantaranya AECT (Association of Education Comunication Technology, 1977) mengatakan
bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan ataub informasi. Di sampaing sebagai system penyampai atau pengantar,
media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987 : 234)
adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan
mendamaikannya. Dengan istilah mediator
media menunjukan fungsi atau peranannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif
antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Di samping
itu, mediator dapat pula mencerminkan
pengertian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai
dari guru hingga peralatan yang lebih canggih, dapat disebut media. Ringkasnya,
media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
2. Prestasi
adalah
Prestasi
belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar yang tinggi yang
dicapai menurut anak dalam mengejar sesuatu pada waktu tertentu. Sumartono
(1992:18) dengan demikian hasil belajar Matematika dapat diartikan sebagai
sesuatu yang menunjukkan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah
mempelajari Matematika. Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut
Wasty Sumanto, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan
menjadi tiga kelompok yaitu :
·
Faktor
stimulus.
·
Faktor
metode mengajar.
·
Faktor
indiIVdu.
Berikut ini akan dijelaskan secara
garis besar mengenai ketiga faktor tersebut:
a) Faktor Stimulus
Yang dimaksud dengan faktor stimulus
adalah segala hal di luar indiIVdu yang merangsang untuk mengadakan reaksi atau
perubahan, penegasan serta suasana lingkungan eksternal yang diterima.
b) Faktor Metode Mengajar
Metode
mengajar guru sangat mempengaruhi terhadap belajar siswa, dengan kata lain
metode yang dipakai guru sangat menentukan dalam mencapai prestasi belajar
siswa. “metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan”. (Winarno Surachmand, 1980 : 80)
Jadi jelaslah bahwa metode
menentukan pencapaian tujuan pengajaran.
2. Faktor IndiIVdual
Selain
kedua faktor di atas, faktor indiIVdual sangat besar sekali pengaruhnya
terhadap kegiatan belajar siswa, bahwa pertumbuhan dan usia seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya. Semakin dewasa indiIVdu semakin meningkat pula
kematangan berbagai fungsi fisiologisnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
MEDIA
PEMBELAJARAN
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin
merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara”
atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima
pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm
(1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Media menurut
AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan.
Sedangkan gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai
alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.
Istilah
pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para
siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan
kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika
si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak
dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah
belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang
sedang mengajar.
Media
pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi
alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar
ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media
belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar
kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik,
maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan
guru.
Menurut
Arif Sadiman dkk, bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Media pembelajaran merupakan alat,
metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi
dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Hal ini senada dengan pendapat Rustiyah NK yang dikutip oleh Zakiah
Darajat, bahwa media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan
dalam rangka meningkatkan efektiIVtas komunikasi dan interaksi edukatif antar
guru dan siswa dalam proses pengajaran di sekolah.
Dari definisi-definisi tentang media
pembelajaran seperti yang telah dikemukakan di atas, dapatlah ditarik
pengertian pokok tentang media pembelajaran, yaitu:
a. Media
pembelajaran identik dengan peragaan.
b. Media
pembelajaran merupakan suatu sarana untuk terciptanya suatu proses belajar
mengajar yang dapat menunjang efektiIVtas keberhasilan belajar siswa.
c. Media
pembelajaran tidak hanya digunakan dalam kelas saja, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan digunakan di luar proses belajar mengajar.
2. Macam-macam Media Pembelajaran
Taksomi media menurut Rudi Bretz
sebagaimana dikutip oleh Arif Sadiman dkk yang membagi media ke dalam 8
klasifikasi, yakni:
a.
Media
audio IVsual gerak.
b.
Media
audio IVsual diam.
c.
Media
audio semi gerak.
d.
Media
IVsual gerak.
e.
Media
IVsual diam.
f.
Media
IVsual semi gerak.
g.
Media
audio.
h.
Media
cetak.
Perkembangan pendidikan yang sangat
pesat, berpengaruh pada perkembangan psikologi belajar dan sistem
internasional. Keadaan tersebut, mendorong dan berakibat juga pada kemajuan
teknologi pembelajaran dan penambahan baru pada media pembelajaran.
Pemikiran-pemikiran dan penemuan baru itu, terjadi antara lain dalam penggunaan
multimedia dan pusat sumber belajar. Kedua media ini, dianggap sebagai suatu
kemajuan besar dan mempunyai peranan yang penting dalam bidang media
pembelajaran, yang berfungsi untuk menunjang pelaksanaan sistem intruksional
yang lebih efektif.
3. Fungsi Dan Tujuan Media
Pembelajaran
a.
Fungsi
Media Pembelajaran
Pada dasarnya, media adalah sebagai alat
komunikasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai alat
komunikasi, media tidak lepas dari tujuan dan alat fungsinya, maka sesungguhnya
sebagai media komunikasi mempunyai fungsi yang luas di antaranya:
b.
Fungsi edukatif media komunikasi,
yakni bahwa setiap kegiatan media komunikasi
mengandung sifat mendidik karena di dalamnya memberikan pengaruh pendidikan.
c.
Fungsi sosial media komunikasi, media
komunikasi memberikan informasi aktual dan pengalaman dalam berbagai bidang
kehidupan sosial orang.
d.
Fungsi ekonomis media komunikasi, media
komunikasi dapat digunakan secara intensif pada bidang-bidang pedagang dan
industri.
e.
Fungsi politis media komunikasi, dalam
bidang politik media komunikasi dapat berfungsi terutama politik pembangunan
baik material maupun spiritual.
f.
Fungsi seni dan budaya media komunikasi,
perkembangan ke bidang seni dan budaya dapat tersebar lewat media komunikasi.
Dan seperti telah dikemukakan di atas, bahwa media
identik dengan keperagaan, sebagai alat peraga media mempunyai fungsi seperti
pernyataan Nana Sudjana, bahwa ada enam fungsi dari alat peraga dalam proses
belajar mengajar, yaitu:
a. Penggunaan
alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tapi
mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar
yang efektif.
b. Penggunaan
alat peraga merupaka bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.
Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus
dikembangkan oleh guru.
c. Alat
peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan bahan
pengajaran. Ini berarti bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada
tujuan dan bahan pelajaran.
d. Penggunaan
alat peraga dalam pengajaran semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan
bahwa sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
e. Penggunaan
alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan siswa dalam menangkap pengertian
yang diberikan oleh guru.
f. Penggunaan
alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar
mengajar, dengan perkataan lain menggunakan alat peraga hasil belajar yang
dicapai akan tahan lama diingat oleh siswa.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa fungsi media
pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan dalam pendidikan.
4. Tujuan Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai suatu media komunikasi
antara guru dan siswa dalam pengajaran, sudah barang tentu sangat erat
kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, jelaslah
bahwa tujuan belajar mengajar sangat penting bagi media pembelajaran, dalam
hal:
a. Tujuan
pengajaran menentukan arah yang hendak dicapai oleh media pembelajaran.
b. Tujuan
pengajaran menentukan alat/atau media pembelajaran apa yang akan digunakan.
c. Tujuan
pengajaran menentukan proses, metode, dan media pembelajaran apa yang akan
digunakan oleh guru dalam membimbing kegiatan belajar siswa.
d. Tujuan
pengajaran menentukan proses kegiatan komunikasi pendidikan sekolah.
e. Tujuan
pengajaran menentukan teknik penilaian terhadap penggunaan media pembelajaran.
f. Tujuan
pengajaran menentukan arah dan kebijakan yang ditempuh dalam administrasi media
pembelajaran di sekolah.
Oleh karena itu, maka tujuan pendidikan dan
pengajaran harus dirumuskan secara jelas, terarah, sistematis, dan maksimal,
sehingga dari tujuan itu dapat menentukan terhadap pemilihan, penggunaan,
produksi, penilaian, dan pengelolaan (administrasi) media pembelajaran yang
tepat di sekolah.
5. Manfaat
media pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran
lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media
pembelajaran adalah:
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan Dengan
bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari
dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun
berada.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik Media
dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik
secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan
suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
c. Proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif, Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara
aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
d. Efisiensi dalam
waktu dan tenaga, Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal
dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi
ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media,
siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
e.
Meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa, media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi
belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari
guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan
kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman
siswa akan lebih baik.
f.
Media memungkinkan proses belajar dapat
dilakukan di mana saja dan kapan saja, media pembelajaran dapat dirangsang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih
leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari
waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar
lingkungan sekolah.
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap
materi dan proses belajar, Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk
mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu
pengetahuan.
h. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan
produktif , guru
dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi
perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar
siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain.
B.
Pengertian
Prestasi Belajar
1. Pengertian
Prestasi Belajar
Keberhasilan seorang siswa dalam proses
belajar mengajar, salah satunya ditunjukkan oleh prestasi belajar. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa “prestasi belajar adalah hasil
belajar yang dicapai oleh seorang siswa dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya selaku pelajar”.
Prestasi belajar diartikan sebagai
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran
yang lazimnya ditunjukkan oleh nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh
guru. dinyatakan dalam nilai-nilai
prestasi belajar berdasarkan tes prestasi belajar.
Pendapat lain menyatakan, bahwa prestasi
belajar adalah merupakan segala perilaku yang dimiliki oleh siswa sebagai
akibat dari terjadinya proses belajar yang ditempuh, baik yang bersifat kognitif,
maupun afektif atau psikomotor yang menggambarkan perilaku siswa secara umum.
Sedangkan Muhibin Syah mengatakan, bahwa prestasi belajar yang ideal adalah
meliputi segenap aspek psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman
dan proses belajar siswa.
Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah merupakan kecakapan nyata yang dimiliki siswa
setelah ia mengalami proses belajar dengan melalui penilaian tertentu, baik
yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dibuktikan dengan
penilaian berupa angka atau huruf pada skala penilaian.
2. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi merupakan kebutuhan yang relevan dengan
pembangunan dewasa ini. Bagaimana siswa mempunyai motivasi untuk mewujudkan
prestasi belajar dengan baik, tentunya dipengaruhi pula oleh beberapa penyebab,
yaitu sebagai berikut:
a. Sumber
indiIVdu itu sendiri (indiIVdual characteristic)
b. Tingkat
dan jenis pelajaran (studies characteristic)
c. Lingkungan
belajar (studi situation characteristic).
Faktor internal yang mempengaruhi
semangat prestasi belajar di antaranya adalah faktor psikologis dan faktor
jasmaniah. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar di
antaranya adalah intelegensi anak, perhatian anak terhadap proses belajar
mengajar, minat anak untuk cinta dan sayang terhadap pelajaran/semangat, bakat
siswa, dan kesiapan anak ketika akan terjadinya proses belajar mengajar.
Faktor psikologis yaitu sikap indiIVdu
dalam memberikan reaksi atau respon dengan cara yang lebih tetap terhadap
hal-hal yang mendukung terwujudnya prestasi, di antaranya sikap terhadap
disiplin orang tua. Sikap positif terhadap disiplin orang tua merupakan awal
yang baik bagi tercapainya keberhasilan dalam belajar.
Sikap merupakan faktor intern anak sebagai
respon atas stimulus yang ada, karena sikap merupakan suatu kesiapan untuk
beraksi terhadap suatu pekerjaan dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan
bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk melakukan
dan dengan cara tertentu apabila indiIVdu dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya respon.
Faktor jasmaniah di antaranya faktor
kesehatan dan cacat tubuh; proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing jika terjadi kelainan pada alat indera atau anggota
badan lainnya. Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai kerja anggota badan. Cacat tubuh juga mempengaruhi
proses belajar, karena anak yang cacat tubuhnya belajarnya juga akan terganggu.
Seseorang yang menyenangi pelajarannya
akan selalu bersemangat, giat, dan berinisiatif. Semangat belajar yang
menimbulkan prestasi belajar yang baik dapat ditentukan berbagai pihak dalam
memberikan perangsang, termasuk di antaranya imbalan, pujian, prestise dan
sebagainya
Lingkungan sekitar mampu mempengaruhi
jiwa dan perilaku anak untuk perubahan menjadi baik atau sebaliknya.
Bentuk-bentuk yang dapat dipengaruhi kejiwaan dan perilaku anak seperti
perbuatan-perbuatan yang melanggar norma (minuman keras, permainan yang mengandung
hadiah yang tidak sehat dan sebagainya), kondisi lingkungan tersebut melemahkan
konsentrasi belajar, malas melakukan kegiatan dan hilangnya gairah belajar.
Lingkungan yang mendukung untuk belajar maka akan menghasilkan prestasi belajar
yang baik, misalnya anak tinggal di lingkungan pelajar yang sangat tinggi
respon terhadap pendidikan.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Seting
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Angsana 2 Kecamatan
Angsana Kabupaten Pandeglang pada siswa kelas IV, dengan jumlah siswa 19 orang,
yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.
B.
Subjek
dan Objek Penelitian
Mengingat terbatasnya kemampuan dan
fasilitas yang dimiliki, maka pada penelitian ini terbatas pada hal-hal berikut
ini :
1.
Subyek
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada saat mata pelajaran matematika berlangsung dengan pokok
bahasan ”
Melakukan operasi perkalian
dan pembagian”
2.
Obyek
Penelitian
Obyek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar
siswa dengan penggunaan media gambar pada siswa kelas IV SD Negeri Angsana 2 tahun
pembelajaran 2013/2014
C.
Metode
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas (action reseach) karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan
masalah di kelas dan dilakukan sesuai dengan langkah – langkah pada penelitian
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan diawali oleh suatu
kajian terhadap suatu masalah secara sistematis. Hasil kajian digunakan sebagai
dasar untuk mengatasi masalah .Dalam proses perencanaan yang telah disusun
dilakukan observasi dan evaluasi dan hasilnya difahami sebagaai masukan untuk
melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahapan perencanaan.
Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan bersinambungan sampai
suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai, Wibawa (2004:4).
Dalam penelitian ini guru bekerjasama dengan
mitra kalaborasi yaitu guru kelas IV dan teman sejawat. Hal ini dimaksudkan
agar konsentrasi guru dalam mengajar tidak terbelah oleh hal-hal lain. Dengan
cara ini diharapkan akan didapatkan data yang seobjetif mungkin demi kefalidan
data yang diperlukan.
D.
Desain
Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus
kegiatan yaitu siklus I dan siklus II, masing-masing siklus terdiri atas empat
tahap dan dilakuan dalan satu pertemuan. Hal ini dilakukan karena terbatasnya
waktu yang tersedia. Tahapan kegiatan setiap siklus adalah: (1) menyusun
rencana kegiatan,(2) melakukan tindakan, (3) melakukan observasi, dan (4)
membuat analisis yang di lanjutkan dengan refleksi. Pada penelitian ini yang
melaksanakan kegiatan mengajar adalah peneliti, sedangkan yang bertindak
sebagai observer adalah guru kelas IV dibantu oleh teman sejawat.
1. Siklus
– 1
a.
Penyusunan Rencana Kegiatan
Pada tahap ini guru menyusun
rencana pembelajaran berdasar pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu menghafal
perkalian sampai bilangan 100, dengan urutan:
1)
Menyiapkan peralatan pembelajaaran
2)
Menyusun silabus
3)
Menyusun rencana pembelajaran
4)
Menyusun instrumen yang terdiri atas:
a)
lembar pengamatan aktiIVtas dan koopertif siswa.
b)
Lembar pengamatan untuk guru
c)
Soal evaluasi
5)
Menentukan jadwal tindakan kelas
b.
Pemberian Tindakan
1)
Sebagai penjajagan guru memberikan pertanyan kepada siswa
tentang perkalian
2)
Guru memberikan apersepsi tentang pentingnya kemampuan
menghitung perkalian.
3) Guru mengajak siswa untuk bermain lompat jari, mulai
dari lompat dua-dua sampai dengan lompat sepuluh. Siswa yang sudah mampu
memperagakan ke depan kelas
4) Menerapkan permainan pada perkalian dengan mengulang
kembali pertanyaan pada penjajagan, siswa yang dapat mengacungkan tangan
kemudian menyebutkan jawabab dengan pemaparan, kemudian dikuatkan dengan
penjelasan singkat dari guru.
5) Siswa dibentuk dalam kelompok. Tiap kelompok menerima
kartu bilangan, kemudian kartu-kartu terswbut dipasang-pasangkan hingga
membentuk perkalian dan ditulis pada lembar kerja untuk didelesaikan bersama.
6)
Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan menuliskan
pada papan tulis. Sedang kelompok yang lain mengoreksi hasil kerja kelompok
yang lain.
7)
Sebagai penguat guru memberikan pertanyaan secara lisan
8)
Evaluasi.
c.
Melakukan Observasi
Pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung guru kelas IV sebagai observer beserta teman sejawat
melakukan pengamatan dan mencatat kejadian – kejadian selama pembelajaran
berlangsung. Hasil catatan observasi bermanfaat untuk pengambila keputusan
dalam kegiataan selanjutnya yaitu refleksi.
d.
Refleksi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti sebagai guru,
hasil pengamatan guru kelas IV, dan pengamatan teman sejawat dikumpulkan dan
dibahas bersama untuk mendapatkan kesamaan pandangan terhadap tindakan awal
pada siklus pertama. Hasil diskusi tersebut akan dijadikan bahan untuk
menentukan langkah tindakan selanjutnya pada siklus ke – 2.
2.
Siklus – 2
a. Penyusunan
rencana kegiatan
Rencana kegiatan disusun berdasar hasil analisis dan reflesi
selama siklus – 1. Topik yang dibahas pada siklus – 2 ini adalah perkalian
bersusun
b. Pemberian
Tindakan
Tindakan II ini dilakukan berdasar masalah yang masih ada
pada siklus – 1. Tindakan lebih ditekankan pada aktifitas, kerja sama, dan
kemampuan menghitung perkalian bersusun.
c.
Pelaksanaan Observasi
Pada
saat guru mengajar guru kelas IV bersama teman sejawat melakukan pengamatan
sebagaimana yang dilakukan pada siklus – 1.
d.
Analisis dan Refleksi
Pada akhir tindakan II dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan
hasil dari analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh
kegiatan pada siklus –2.
E.
Rancangan
pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data dilakukan
berdasarkan bentuk data yang ingin diperoleh. Untuk mengetahui kemampuan
menghitung perkalian dilakukan dengan tes hasil belajar dalam bentuk skor.
Sedangkan data tentang sikap dan perilaku serta tanggapan siswa selama
pembelajaran perkalian dilakukan melalui pengamatan pada subjek penelitian.
Data mengenai pelaksanaan pembelajaran dalam
kelas diperoleh melalui catatan lapangan dan wawancara. Oleh karena itu
peneliti mempunyai tugas rangkap yaitu sambil mengajar guru juga mengumpulkan
data. Maka untuk memperoleh data yang akurat,
dalam mendapatkan data guru bekerja sama dengan guru kelas IV dan teman
sejawat untuk melakukan pengamatan. Selanjutnya dari hasil pengamatan
didiskusikan bersama. Hasil dari diskusi akan digunakan sebagai pedoman untuk
menentukan refleksi dalam melakukan tindakan selanjutnya.
F.
Pengembangan
Instrumen Penelitian
Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel yaitu media
gambar sebagai variabel bebas, dan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran IPA sebagai variabel terikat.
TABEL. 1
KISI-KISI MEDIA JARI
TANGAN
VARIABEL |
SUB VARIABEL
|
INDIKATOR
|
ITEM |
Media Jari Tangan
|
1. Kemampuan siswa dalam menerima pelajaran
2. Fasilitas yang dimiliki sekolah
|
Membaca, menanyakan, memahami, menangggapi
·
Peralatan
belajar
·
Sarana
prasarana
|
1 – 5
6 – 8
9 –
10
|
TABEL. 2
KISI-KISI PRESTASI BELAJAR SISWA
VARIABEL |
SUB VARIABEL
|
INDIKATOR
|
ITEM
|
1. Prestasi
2. Faktor yang mempengaruhi
3. Tipe prestasi belajar
4.
Peneilaian
prestasi belajar
|
2. Faktor dari dalam
3. Faktor dari luar
4. Kognitif
5. Afektif
6. Psikomotorik
7. Tes formatif
8. Tes subsumatif
9.
Tes
sumatif
|
1 - 2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
G.
Rancangan
Analisis Data
Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, ada
dua teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan terhadap hasil tes sedangkan
analisis kualitatif digunakan dalam data kualitatif yang diperoleh data hasil
pengamatan terhadap guru, siswa, atau hal-ahal lain yang tampak selama
penelitian ini.
Demikian juga aktifitas dan kerja sama dengan
kelompok dalam pembelajaran juga didasarkan
pada indikator yang muncul. Kemudian dari hasil catatan lapangan yang
dilengkapi dengan hasil observasi, wawancara dan dari hasil angket siswa
dilakukan analisis bersama guru kelas IV dan teman sejawat, kemudian
ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Sedangkan kemampuan
menghitung perkalian dianalisis berdasarkan rata-rata perolehan hasil evaluasi
dengan rumus:
M = Σ
fX Σ FX =
jumlah nilai siswa
N N = jumlah siswa
M = rata-rata (mean)
Pembelajaran hitung perkalian dianggap tuntas bila perolehan hasil evaluasi
siswa rata-rata hasil hitungan > 70, dan siswa dianggap tuntas dalam
penguasaan hitung perkalian bila memperoleh nilai baik yaitu 70.
Keterangan
:
90 -
100 = sangat baik 30
- 49 = kurang
70 -
89 = baik 0 -
29 = kurang sekali
50 -
69 = cukup
H.
Indikator
Keberhasilan
Kriteria keberhasilan adalah ukuran tingkat
pencapaian prestasi belajar yang mengacu pada kompetensi dasar dan standar
kompetensi yang ditetapkan yang mencirikan penguasaan konsep atau keterampilan
yang dapat diamati dan diukur.
Pembelajaran hitung perkalian dianggap tuntas bila perolehan hasil evaluasi
siswa rata-rata hasil hitungan > 70, dan siswa dianggap tuntas dalam
penguasaan hitung perkalian bila memperoleh nilai baik yaitu 70.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Profil
subjek dan objek penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Karangsari 3 Kecamatan Angsana Kabupaten Pandeglang.
Alasan pemilihan lokasi ini adalah peneliti mengajar di SD tersebut dan lokasi
SD ini berada di Kecamatan Angsana. Penelitian ini dilaksanakan mulai Oktober
sampai bulan Nopember tahun 2013 semester I, pada kelas IV SDN Karangsari 3 Angsana dengan jumlah siswa 19 anak yang
terdiri atas 12 siswa putra dan 7 siswa putri.
Materi yang disampaikan adalah Standar Kompetensi:
1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi
hitung bilangan dalam pemecahan masalah, Kompetensi Dasar : 1.4 Melakukan
operasi perkalian dan pembagian, Indikator:
(1) Menghafal perkalian dan
pembagian sampai dengan 100, (2). Mengalikan bilangan dua angka
dengan bilangan dua angka (3) Mengalikan bilangan
tiga angka dengan bilangan dua angka
B.
Hasil
penelitian dan pembahasan
1.
SIKLUS
I
a. Prestasi
Belajar Siswa sebelum Pembelajaran
Prestasi belajar siswa
sebelum pe,belajaran sebagaima diuraikan pada latar belakang masalah yaitu berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN Karangsari 3 tahun pelajaran 2013/2014 semester I tentang perkalian bersusun
menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35% siswa agak
menguasai,dan 45% kurang menguasai
b. Pelaksanaan
Pembelajaran pada Siklus I
Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan pada 4 Oktober 2013, dengan
bahasan menghafal perkalian dan pembagian sampai bilangan 100, dengan waktu 2
jam pelajaran (80) menit. Pada bagian ini penulis sebagai penyaji dibantu oleh
guru kelas IV dan teman sejawat sebagai observer.
c. Sikap/Respon
Siswa Selama pembelajaran
Respon siswa selama
pembelajaran kurang antusias hal ini dimungkinkan karena siswa merasa bosan dan
sudah terlalu biasa dengan model pembelajaran seperti ini.
d. Aktifitas
siswa Selama Pembelajaran
e. Proses
pembelajaran yang dilaksanakann Guru
·
Kegiatan awal dimulai dengan apersepsi
· Kegiatani
ini diawali dengan guru mengajak siswa untuk bermain lompat jari. Permainan ini
diawali dengan guru mengenalkan kesepuluh jari dengan menghitung secara urut,
selanjutnya jari dihitung dengan melompat dua-dua (kelipatan dua). Permainan
tersebut dilakukan bersama dengan siswa. Untuk yang pertama guru mengulang
permainan ini, setelah selesai guru menawarkan pada 2 siswa untuk memperagakan
ke depan kelas. Selanjutnya permainan locat tiga-tiga,
loncat empat, loncat lima, loncat enam, tampak siswa berlomba-lomba untuk dapat
memeragakan di depan kelas.
·
Kegiatan
terakhir dari tindakan ini adalah evaluasi. Guru membagikan lembar evaluasi yang tersiri dari 10 soal, 5 soal perkalian
dan 5 soal pembagian.
f. Prestasi
Belajar Siswa setelah Pembelajaran
Secara keseluruha hasil observasi guru kalas
IV dan teman sejawat pada siklus pertama adalah (1) Dalam hal aktifitas, siswa
aktif 58 %, siswa sedang 30 %, dan siswa pasif 12 %. (2) Dalan kerja sama
(kooperatif), siswa aktif 62 %, siswa sedang 28%, dan siswa pasif 10 %,(3)
Sedangkan dari hasil evaluasi penguasaan
hitung perkalian dan pembagian sampai bilangan 100 rata-rata 68, dengan 13
siswa tuntas pembelajaran hitung perkalian dan 6 siswa belum tuntas
2.
SIKLUS
II
a. Prestasi
Belajar Siswa sebelum Pembelajaran
Berdasarkan hasil evaluasi penguasaan hitung perkalian dan pembagian
sampai bilangan 100 rata-rata 68, dengan 13 siswa tuntas pembelajaran hitung
perkalian dan 6 siswa belum tuntas
b. Pelaksanaan
Pembelajaran pada Siklus I
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2006. Dalam pembelajaran tindakan
ini materi pokok yang dibahas adalah perkalian besusun dengan indikator
melakukan perkalian dengan cara bersusun, waktu yang diperlukan 2 jam pelajaran
(80 menit). Sama dengan tindakan pada siklus pertama, peneliti yang bertindak
sebagai guru dibantu oleh guru kelas IV dan teman sejawat sebagai observer.
Adapun urutan penyajiannya sebagai berikut:
c. Sikap/Respon
Siswa Selama pembelajaran
Semangat belajar dan aktifitas siswa makin
tinggi, hingga saat memperagakan permainan perkalian jari semua berebut ke
depan.
d. Aktifitas
siswa Selama Pembelajaran
Secara keseluruhan dari hasil observasi guru
kelas IV dan teman sejawat pada siklus-2 ini serta hasil angket dan wawancara
adalah (1) aktifitas siswa; siswa aktif
78%, siswa sedang 18%, dan siswa pasif 4%. (2) kooperatif siswa; siswa aktif
84%, siswa sedang 14%, dan siswa pasif 2%.(3) Hasil evaluasi menunjukkan
rata-rata kemampuan hitung perkalian siswa 76%, dengan 46 siswa tuntas dalam
pembelajaran hitung prrkalian dan 3 siswa belum tuntas
e. Proses
pembelajaran yang Dilaksanakann Guru
· Kegiatan awal sebagai apersepsi guru memberikan pertanyaan
perkalian seperti pertanyaan pada pembahasan tindakan I. Pertanyaan ini
terutama ditujukan pada siswa-siswa yang bermasalah yaitu siswa yang kurang
dapat mengikuti kegiatan dan siswa yang kurang aktif.
· Kegiatan inti Guru mengajak siswa untuk bermain perkalian
jari. Permainan tersebut diawali dengan guru memperagakan permainan perkalian
kemudian siswa menirukan. Setelah itu siswa kedepan untuk memperagakan
permainan tersebut. Ketika ditawarkan untuk memperagakan ke depan siswa berebut
untuk memperagakannya, hampir seluruh siswa mengangkat tangan, bahkan siswa
yang semula pada tindakan siklus I tidak aktif tampak juga mengangkat tangan. Setelah semua siswa sudah memperagakan guru mengajak siswa untuk
menerapkan permainan perkalian pada perkalian bersusun.
·
kegiatan
terakhir pada tindakan kedua ini yaitu evaluasi. Guru membagikan lembar
evaluasi. Siswa menyelesaikan lembar evaluasi tersebut dengan tenang.
f. Prestasi
Belajar Siswa setelah Pembelajaran
Secara keseluruhan dari hasil observasi guru
kelas IV dan teman sejawat pada siklus-2 ini serta hasil angket dan wawancara
adalah (1) aktifitas siswa; siswa aktif
78%, siswa sedang 18%, dan siswa pasif 4%. (2) kooperatif siswa; siswa aktif
84%, siswa sedang 14%, dan siswa pasif 2%. (3) Hasil evaluasi menunjukkan
rata-rata kemampuan hitung perkalian siswa 76%, dengan 16 siswa tuntas dalam
pembelajaran hitung perkalian dan 3 siswa belum tuntas
3.
PEMBAHASAN
a. Prestasi
Belajar Siswa sebelum siklus I dan II
Prestasi sebelum siklus
I tentang perkalian bersusun
menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35% siswa agak
menguasai,dan 45% kurang menguasai, sedangkan sebelum siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi penguasaan hitung perkalian dan pembagian
sampai bilangan 100 rata-rata 68, dengan 13 siswa tuntas dan 6 siswa belum
tuntas
b. Sikap/Respon
Siswa Selama pembelajaran
Respon siswa pada
siklus I kurang antusias ini mungkin karena siswa sudah bosan dan terbiasa
dengan metode pembelajaran menghafal, tetapi pada siklus II respon siswa sangat
antusias karena pada pembelajaran sebelumnya anak diperkenalkan pada
pembelajaran dengan menggunakan media jari tangan
c. Aktifitas
siswa Selama Pembelajaran
Menurut hasil observasi guru kelas IV dan teman sejawat, aktifitas
siswa pada tindakan siklus-1 menunjukkan: siswa aktif 54 %, siswa sedang 32 %,
dan siswa pasif 14%. Sedangkan pada tindakan siklus-2, siswa aktif
78%, siswa sedang 18 %, dan siswa pasif 4%.
Dengan demikian berdasar hasil analisis data diatas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran hitung perkalian dengan media jari tangan dapat meningkatkan aktifitas belajar.
d. Proses
pembelajaran yang dilaksanakann Guru
Pembelajaran hitung perkalian dengan menggunakan media jari
tangan dilaksanakan dengan urutan: (1) apersepsi yang dapat berupa pertanyaan
untuk membawa siswa menuju mareri atau pertanyaan penjajagan materi, (2)
permainan jari, yang dalam hal ini pada siklus pertama dengan permainan lompat
jari dan siklus kedua dengan permainan perkalian jari. (3) penerapan permainan
pada perkalian, (4) kerja kelompok, dan (5) evaluasi.
e. Prestasi
Belajar Siswa setelah Pembelajaran
Berdasarkan
analisa hasil observasi hasil tindakan siklus-1 dengan bahasan menghafal
perkalian dan pembagian sampai dengan bilangan 100, pada pertanyaan
penjajagan menunjukkan penguasaan materi
sebelum tindakan dilaksanakan 31% dan setelah tindakan dilaksanakan 68%. Pada
tindakan siklus-2 dengan bahasan menghitung perkalian dengan cara bersusun,
menunjukkan sebelum tindakan dilaksanakan penguasaan materi siswa tentang
perkalian bersusun menurut hasil pertanyaan penjajagan sebesar 48% sedangkan
setelah tindakan berlangsung menunjukkan 76%. Dengan target kemampuan hitung
perkalian 70 % maka hal ini menunjukkan bahwa pembahasan tentang perkalian
dengan menggunakan media jari tangan terdekat dapat meningkatkan kemampuan
hitung perkalian
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasar
hasil analisis data dan pembahasan tentang pembelajaran hitung perkalian dengan
dengan media media jari tangan pada pelajaran matematika siswa kelas IV SDN Karangsari 3 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan analisa hasil observasi hasil tindakan
siklus-1 dengan bahasan menghafal perkalian dan pembagian sampai dengan
bilangan 100, pada pertanyaan penjajagan
menunjukkan penguasaan materi sebelum tindakan dilaksanakan 31% dan
setelah tindakan dilaksanakan 68%. Pada tindakan siklus-2 dengan bahasan menghitung perkalian dengan cara bersusun,
menunjukkan sebelum tindakan sebesar 48% sedangkan setelah tindakan berlangsung
menunjukkan 76%. Dengan target kemampuan hitung perkalian 70 % maka hal ini
menunjukkan bahwa pembahasan tentang perkalian dengan menggunakan media jari
tangan dapat meningkatkan kemampuan hitung perkalian
2. Pembelajaran
hitung perkalian pada pelajaran matematika dengan menggunakan media media jari
tangan meningkatkan aktifitas pembelajaran, mempertinggi interaksi antar siswa
dan keja sama kelompok, serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap perkalian
dan pembagian sehingga kemampuan hitung siswa semakin tinggi.
3.
Pembelajaran matematika dengan media media jari tangan
memacu keberanian siswa sehingga dengan sendirinya rasa minder dan takut bagi
siswa tertentu akan hilang, memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaraan, sehingga pembelajaran semakin hidup, dan memberikan kebebasan
pada siswa untuk berkreasi dalam menyelesaikan tugas kelompok.
B.
Saran-Saran
Sesuai
dengan hasi penelitian maka sebagai tindak lanjut dan kesempurnaan maka
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Dalam
melaksanakan pembelajaran hendaknya guru mempersiapkan segala sesuatunya seperti: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
lembar kerja, alat evaluasi, dan peralatan yang diperlukan.
2. Untuk
meningkatkan kemampuan hitung perkalian, aktifitas, dan kreatifitas dalam
pembelajaran, hendaknya guru menggunakan model pembelajaran yang menarik dan
menggunakan media yang sesuai, misalnya media media jari tangan terdekat
seperti kartu bilangan dan jari tangan.
3. Untuk
penelitian selanjutnya hendaknya diadakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan
sehingga diperoleh hasil yan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar