Sabtu, 22 Agustus 2015

Pengaruh Handphone Terhadap Pelajar



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan “tugas makalah Bahasa Indonesia”. Makalah ini disusun dan dikembangkan dengan menggunakan strategi yang semaksimal mungkin. Makalah ini dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran makalah lebih produktif dan tidak merubah kurikulum dan tatarn yang ada.
Dan makalah ini mencakup tentang salah satu hasil dari “era globalisasi” ditingkat teknologi informasi dan komunikasi, salah satunya yang saat ini sangat familier di kalangan masyarakat dan lingkungan pendidik/siswa-siswi yang berbentuk handphone. Teknologi di bidang komunikasi ini sangat pesat mudah digunakan dan dipakai oleh semua kalangan.
Akhirnya, atas nama tim penyusun  berharap semoga makalah ini dapat menmbahkan nilai dan pengetahuan siswa, serta kami banyak terima ksih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga terwujudnya makalah ini.



Seuseupan, 2012
Penulis

DAFTAR ISI



Kata pengantar            ………………………………………………………………. i
Daftar isi         ……………………………………………………………………… ii
Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang            ………………………………………………………  1
B.     Rumusan Masalah       ………………………………………………………  2
C.     Pemecahan Masalah    ………………………………………………………  2
D.    Maksud dan Tujuan    ………………………………………………………  2
Bab II Pembahasan
A.    Sejarah Ponsel             ……………………………………………………....  4
B.     Definisi Ponsel            ………………………………………………………  4
C.     Peranan HP Terhadap Kehidupan Siswa        ………………………………  5
D.    Fakta Sikap Siswa yang Menggunakan HP    ………………………………  7
E.     Tindakan Siswa Untuk Menghindari Penyalahgunaan HP     ……………...  8
F.      Dampak positif           ……………………………………………………..  9
G.    Dampak Negatif         ……………………………………………………..  9
Bab III Penutup
A.    Kesimpulan           …………………………………………………….  12
B.     Saran         ……………………………………………………………  12
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Awalnya, teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia. Lahirnya dari pemikiran manusia yang berusaha untuk mempermudah kegiatan-kegiatan yang kemudian diterapkan dalam kehidupan. Kini teknologi telah berkembang pesat dan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman, sehingga terjadi pengalihan funngsi teknologi. Contohnya pada salah satu fasilitas canggih pada masa ini yang akan dibahas yaitu mengenai telepon genggam yang lebih dikenal dengan hand phone.
Beberapa tahun yang lalu hand phone hanya dimiliki oleh kalangan tertentu yang benar-benar membutuhkan ini untuk kelancaran pekerjaannya. Seiring berjalannya waktu hand phone bisa dimiliki oleh semua kalangan, baik yang membutuhkan maupun yang kurang membutuhkan. Karena hand phone memiliki beberapa fungsi selain untuk nelepon atau hanya sekedar berkirim pesan singkat (sms). Handphone kini bukan sekedar alat komunikasi, namun juga sebagai gaya hidup, penampilan, tern dan prestise.
Di kalangan remaja menggunakan handpone sebagai alat ulti fungsi. Karena multifungsi tersebut para siswa dapat menggunakan secara positif dan negatif tergantung dari setiap individu.

B.     Rumusan Masalah
1.      Sejarah handphone ?
2.      Apa definisi handphone ?
3.      Apa peranan handphone terhadap kehidupan remaja/siswa ?
4.      Bagaimana fakta sikap siswa yang menggunakan handphone ?
5.      Apa tindakan siswa untuk menghindari penyalahgunaan handphone ?
6.      Apa pengaruh penggunaan handphone bagi kehidupan siswa ?

C.    Pemecahan Masalah
1.      Definisi handphone
2.      Peranan handphone terhadap kehidupan siswa seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi
3.      Fakta sikap siswa yang menggunakan handphone
4.      Tindakan yang dilakukan siswa untuk menghindari penyalahgunaan handphone

D.    Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk memenuhi persyaratan ujian nasional yaitu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Tujuan karya tulis adalah sebagai berikut :
1.      Untuk memenuhi tugas sekolah,
2.      Untuk mengetahui perkembangan handphone, serta penggunaannya oleh remaja dan siswa,
3.      Memberikan informasi kepada masyarakat, terutama siswa mengenai dampak penggunaan handphone,
4.      Memberikan gambaran pada masyarakat terutama siswa mengenai pengaruh handphone dalam kehidupan.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah handphone
Sejarah ponsel atau yang telah dikenal dengan nama handphone tidak bisa dilepaskan dari sejarah telepon. Ada beberapa orang yang berjasa menemukan telepon/ponsel yang bernama Alexander Graham Bell, seorang guru sekolah tuna rungu di Amerika Serikat yang paling terkenal. Awalnya Alexander Garam Bell mengadakan percobaan-percobaan dengan mesin telegraf, setelah bekerja bertahun-tahun, pada tanggal 10 Maret 1876 Alexander Graham Bell mengadakan pembicaraan telepon pertama di dunia.
Tidak lama setelah ditemukan, pengguna teleponpun meluas lebih dari 50 ribu telepon terpasang di rumah-rumah penduduk hanya dalam waktu lima tahun. Dari Amerika Serikat, telepon kemudian menyebar ke seluruh dunia. Sejak saat itu, umat manusia bisa saling berbicara meskipun terpisah oleh lautan danbenua.
Handphone atau bisa disebut juga telepon genggam merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konversional saluran tetap namun dapat dibawa kemana-mana (portable).
B.     Definisi handphone
Telepon genggam atau handphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line sehingga konversional namun dapat dibawa kemana-mana (portable) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel

C.    Peranan handphone terhadap kehidupan remaja/siswa
Begitu besar pengaruh kemajuan teknologi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dianut masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Kemajuan teknologi seperti televisi, dan telepon genggam (HP), bahkan internet bukan hanya melanda masyarakat kota, namun juga dapat dinikmati oleh masyarakat di pelosok-pelosok desa. Akibatnya, segala informasi baik yang bernilai positif maupun negatif, dapat dengan mudah diakses oleh siswa. Dan diakui atau tidak, perlahan-lahan mulai merubah pola hidup dan pola pemikiran masyarakatkhususnya remaja dan siswa di pedesaan  dan segala image yang menjadi ciri khas mereka.
Dampak yang positif dan negatif terhadap kehidupan masyarakt terutama siswa remaja yang selalu tertarik pada hal-hal baru, sedang dari segi psikologis, kondisi kejiwaan mereka merupakan usia yang paling rawan terhadap pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
Saat ini dapat kita lihat betapa kemajuan teknologi telah merubah gaya hidup dan pola pikir siswa remaja. Mereka banyak berinteraksi dengan teknologi seperti televisi, handphone, ataupun internet. Dan juga secara pengaruh, merekalah yang paling rentan terkena pengaruh/dampak negatif dari teknologi tersebut. Kalau dulu kita lihat para siswa bersekolah dengan hanya membawa buku-buku pelajaran ataupun alat tulis, kini dapat kita saksikan para siswa berangkat sekolah dengan handphone sebagai bawaan wajib mereka.
Entah sebetulnya mereka memerlukan handphone tersebut sebagai alat komunikasi atau tidak, yang jelas bagi siswa atau remaja handphone merupakan sarana gaul yang mutlak yang mereka miliki. Semakin bagus handphone yang mereka miliki, semakin merasa gaul dan percaya diri.
Darimana para siswa/remaja memperoleh handphone tersebut ? mereka memperolehnya dari orang tuanya masing-masing. Dan umumnya orang tua itu merasa bangga bisa memenuhi segala kebutuhan dan permintaan anaknya tanpa mereka memperhatikan dampak yang akan timbul dari apa yang mereka para orang tua berikan pada anak.
Itulah ungkapan kasih sayang orang tua yang mungkin cara penyampaiannya kurang tepat, dengan memberikan alat komunikasi seperti handphone. Mungkin orang tua berharap bisa berkomunikasi dengan anak lebih mudah dan lancar. Akan tetapi, hal tersebut menjadi bumerang ketika ternyata handphone tersebut disalahgunakan oleh anak untuk hal-hal yang negarif seperti menyimpan foto-foto atau vidio porno dan juga digunakan untuk memperlancarkan komunikasi dengan lawan jenis untuk hal-hal yang kurang bermanfaat seperti pacaran. Sehingga handphone tersebut berdampak negatif pada siswa, seperti terjadinya pergaulan bebas, seks di luar nikah, dan menurunnya prestasi belajar, bahkan juga bisa terjadi anak mengambil uang atau barang berharga milik orang tuanya tanpa ijin untuk membeli pulsa.
Karena itu, orang tua hendaknya benar-benar mempertimbangkan matang-matang segala dampak yang akan timbul sebelum memutuskan untuk memberikan handphone atau benda-benda yang sekiranya berdampak negatif terhadap perkembangan anaknya yang sudah memasuki tahap remaja.
Siswa yang memasuki masa remaja adalah masa pencarian jati diri dan bisa saja dalam proses pencarian jati diri itu siswa tersebut melalui jalan yang benar atau jalan yang salah.

D.    Fakta sikap siswa yang menggunakan handphone
Berikut merupakan  tindakan remaja khususnya siswa yang sering ditemukan :
1.         Banyak remaja yang mempunyai handphone, waktu luangnya banyak tersita hanya untuk smsan atau nelepon.
2.         Ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung di kelas, siswa memilih sibuk dengan handphone mereka.
3.         Sebagian siswa yang yang menggunakan alat komunikasi tersebut untuk saling berkomunikasi ketika saat ulangan.
4.         Banyak siswa yang menyimpan hal-hal yang berbau ponoaksi dan pornografi.
5.         Siswa tidak gagap teknologi, siswa dapat mengikuti perkembangan era teknologisasi dan siswa dapat lebih produktif, efektif, efesien dalam waktu, energi dan biaya, karena adanya alat komunikasi memudahkan urusannya.
6.         Remaja atau siswa dapat mencari materi dengan search lewat handphone meskipun berada dalam lingkungan kelas saat jam pelajaran tanpa laboratorium TIK.

E.     Tindakan siswa untuk menghindari penyalahgunaan handphone
Tindakan yang seharusnya dilakukan setiap siswa untuk menghindari penyalahgunaan handphone yaitu :
1.         Menolak ajakan teman untuk menyimpan atau melihat hal-hal yang menyangkut pornoaksi dan pornografi.
2.         Tidak membawa handphone ke sekolah atau mematikan handphone saat pelajaran berlangsung agar tidak mengganggu konsentrasi belajar.
3.         Ketika berada di rumah sebaiknya mengatur waktun sebaik-baiknya antara belajar dan menggunakan handphone.
4.         Belajar sebaik mungkin agar tidak menggunakan handphone saat ujian.
5.         Menghindari situs-situs atau mendownload konten porno dari handphone.
6.         Menggunakan handphone jika diperlukan dan untuk hal-hal yang peeenting saja.
7.         Memperbanyak konten-konten realigi pada handphone.
8.         Menggunakan kode pengaman pada handphone jika diperlukan.



F.     Dampak positif
1.      Mempermudah komunikasi, contohnya untuk mempermudah menjalin silaturahmi melalui pesan dan telepon,
2.      Menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi, contoh untuk berinternet mencari informasi,
3.      Membantu proses pembelajaran dan sebagai sarana hiburan (permainan, vidio, audio)

G.    Dampak nagatif
1.         Bermain game saat guru menjelaskan pelajaran merupakan bukti bahwa Hp mudah mengalihkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
2.         Mengganggu perkembangan anak
a.       Fitur-fitur yang tersedia di HP seperti; game, kamera, gambar, dan fasilitas yang lain mudah mengalihkan perhatian siswa dalam menerima pelajaran di sekolah (kelas).
b.      Siswa disibukan dengan menerima/memnagging panggilan, sms, miscall, dari teman bahkan dari keluarga mereka sendiri.
c.       Lebih parah lagi dengan HP dapat melakukan kecurangan dalam ulangan.
d.      Dengan HP peserta didik mudah mengirim dan menerima baik tulisan maupun gambar yang tidak senonoh, dan tidak selayaknya di konsumsi pelajar tingkat SMP. Kalau hal tersebut dibiarkan, maka peserta didik akan dewasa sebelum waktunya. Dan peserta didik yang kita hadapi merupakan peserta didik yang taat dan patuh pada permainan teknologi HP.
3.         Efek radiasi
Selain kontroversi seputar dampak negatif penggunaya, penggunaan HP juga berakibat buruk bagi kesehatan dan perkembangan anak. Aktifitas bermain dan berolahraga digantikan dengan aktifitas duduk dan tersenyum-senyum, maka ada baiknya juga orang tua lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menyetujui anaknya menggunakan handphone, khususnya bagi pelajar yang masih anak-anak, jangan dulu diberi kesempatan menggunakan HP secarapermanen.
4.         Rawan terhadap tindak kejahatan
Tidak jarang orang yang membawa HP menjadi salah satu target utama dari penjahat.
5.         Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa
Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua, HP bisa untuk menayangkan gambar-gambar yang berbau porno yang sama sekali tidak layak dikonsumsi oleh pelajar
6.         Pemborosan yang sia-sia
Dengan mempunyai handphone tidak seperlunya, maka pengeluaran akan jelas bertambah. Anak tidak mempunyai buku dengan alasan tidak punya uang, tetapi di balik itu kalau urusan tidak “punya pulsa” tidak ada kata tidak punya uang.




















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jadi pada awalnya teknologi diciptakan oleh manusia untuk mempermudah kegiatan-kegiatan dalam kehidupan berupa alat komunikasi yang sangat berkembang pesat dari masa ke masa. Di kalangan remaja terutama siswa, handphone merupakan alat multi fungsi. Karena multi fungsi tersebut siswa dapat menggunakan secara positif dan negatif.
Handphone juga dapat menyebabkan dampak positif dan negatif tergantung kita yang menggunakannya secara baik dan benar.

B.     Saran
Sebaiknya para orang tua/wali murid agar tidak memberikan handphone kepada anaknya yang masih bersekolah. Adapun ada yang masih memberikan handphone sebaiknya diberikan arahan dan diawasi sehingga tidak terjadi hal yang tidk diinginkan.

Rabu, 05 Agustus 2015

Penggunaan Jari Tangan Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Konsep Perkalian



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran terjadi ketika seseorang pembelajar  memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar berarti adalah menciptakan makna baru, sejauh ini pendidikan kita didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.
Dalam upaya itu siswa perlu guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam kelas tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dengan alat bantu yang dikenal siswa disekitarnya, dari pada memberi informasi. Secara umum matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil angket siswa kelas IV SDN Karangsari 3 yang menyatakan bahwa 45 % siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena itu hasil pembelajaran matematika tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan Mulyana (2001) dalam kata pengantarnya menyatakan bahwa nilai matematika berada pada posisi yang paling bawah, sehingga tidak heran kalau nilai matematika dipakai sebagai tolak ukur dari kecerdasan siswa.
Menurut pengamatan peneliti kesalahan yang biasa dilakukan guru dalam membelajarkan matematika hingga siswa cepat menjadi bosan  adalah (1) Dalam membelajarkan matematika guru hanya berpedoman pada buku pegangan. (2) Penyampaian konsep sarat dengan hafalan-hafalan. (3) Kegiatan pembelajaran masih monoton. (4) Kurang memperhatikan keterampilan prasarat.
Keterampilan prasarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal tersebut seperti yang dikemukakan oeh Gagne (dalam Degeng:1997:4) bahwa setiap mata pelajaran mempunyai prasarat belajar  (learning prerequisites). Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika maka keterampilan prasarat yang harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar yang meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian  .Sebaik apapun konsep matematika yang disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika namun bila siswa tidak menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasaratnya maka hasil pembelajaran kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN Karangsari 3 tahun pelajaran 2014/2015 semester I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35% siswa agak menguasai,dan 45% kurang menguasai padahal pada pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan tentang perkalian bersusun, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru balik bertanya  hanya beberapa siswa yang  dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut  memang pandai di kelasnya. Dan bila diberi tes perkalian rata-rata hasilnya rendah.
Rendahnya penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas IV cara berfikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan.
Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka saya memandang penting dan perlu melakukan penelitian dengan judul “penggunaan media jari tangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian” 

penggunaan media jari tangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran terjadi ketika seseorang pembelajar  memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar berarti adalah menciptakan makna baru, sejauh ini pendidikan kita didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.
Dalam upaya itu siswa perlu guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam kelas tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dengan alat bantu yang dikenal siswa disekitarnya, dari pada memberi informasi. Secara umum matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil angket siswa kelas IV SDN Angsana 2 yang menyatakan bahwa 45 % siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena itu hasil pembelajaran matematika tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan Mulyana (2001) dalam kata pengantarnya menyatakan bahwa nilai matematika berada pada posisi yang paling bawah, sehingga tidak heran kalau nilai matematika dipakai sebagai tolak ukur dari kecerdasan siswa.
Menurut pengamatan peneliti kesalahan yang biasa dilakukan guru dalam membelajarkan matematika hingga siswa cepat menjadi bosan  adalah (1) Dalam membelajarkan matematika guru hanya berpedoman pada buku pegangan. (2) Penyampaian konsep sarat dengan hafalan-hafalan. (3) Kegiatan pembelajaran masih monoton. (4) Kurang memperhatikan keterampilan prasarat.
Keterampilan prasarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal tersebut seperti yang dikemukakan oeh Gagne (dalam Degeng:1997:4) bahwa setiap mata pelajaran mempunyai prasarat belajar  (learning prerequisites). Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika maka keterampilan prasarat yang harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar yang meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian  .Sebaik apapun konsep matematika yang disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika namun bila siswa tidak menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasaratnya maka hasil pembelajaran kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN Angsana 2 tahun pelajaran 2013/2014 semester I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35% siswa agak menguasai,dan 45% kurang menguasai padahal pada pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan tentang perkalian bersusun, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru balik bertanya  hanya beberapa siswa yang  dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut  memang pandai di kelasnya. Dan bila diberi tes perkalian rata-rata hasilnya rendah.
Rendahnya penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas IV cara berfikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan.
Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka saya memandang penting dan perlu melakukan penelitian dengan judul “penggunaan media jari tangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada konsep perkalian” 

MINDSET SEKOLAH BERMAKNA BAGI ANAK

Apa yang harus siswa siapkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan Memiliki Kompetensi pada dimensi sikap Bertakwa ...